Wednesday, 2 November 2011

Alangkah lucunya negeri ini (2010)

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/e/ed/Alangkah_Lucunya_Negeri_Ini.jpg
Sutradara : Deddy Mizwar  
Pemeran : Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Miharja, Tio Pakusadewo, Ratu Tika Bravani, 
Produser : Zairin Zain
Rilis : 15 April 2010
Banyak film indonesia bertema sosial yang sudah banyak beredar. Namun banyak dari film-film tersebut yang terlalu berlebihan dalam menyikapi suatu masalah. Tetapi saya mendapatkan hal yang lain dalam film ini yaitu suatu film kritik sosial yang menurut saya bobotnya sudah cocok dan pas untuk semua kalangan, terutama adalah orang/kalangan yang dikritik oleh sang sutradara yaitu Dedy Mizwar.
Film ini bercerita tentang seorang sarjana S1 bernama Muluk yang sedang berusaha mencari pekerjaan. Berbagai lowongan kerja sudah dilamarnya namun tak ada pekerjaan yang Muluk dapat bahkan sampai ada yang menawari Muluk untuk menjadi seorang TKW, namun Muluk tidak mau.
Sampai pada akhirnya Muluk bertemu dengan seorang pencopet cilik di sebuah pasar dan menangkap pencopet itu. Lalu dilepaskan si pencopet itu. Suatu saat, Muluk pergi ke sebuah warung dan Muluk dibayari oleh sang pencopet cilik tersebut dan dibawa ke rumah penampungan para pencopet. Disana Muluk bertemu dengan bos pencopet yang bernama Jarot.
Disinilah ide Muluk bersinar, dia berpikir untuk memberdayakan copet itu dan menyelamatkan para copet cilik untuk tidak selamanya menjadi pencopet. Muluk mempunyai ide untuk menyisihkan 10% dari hasil mencopet untuk ditabung dan setelah uangnya terkumpul, uang tersebut digunakan untuk membuka sebuah usaha yang jauh dari mencopet.
Setelah beberapa saat uangnya terkumpul dan Muluk bisa kredit sepeda motor. Muluk juga sudah mengambil uang senilai 2juta rupiah untuk anak-anak tersebut ngasong, sebuah pekerjaan yang jauh dari mencopet. Tetapi para anak-anak itu tidak mau.
Muluk tidak habis pikir, Muluk mengajak 2 temannya untuk mengajarkan anak tersebut membaca dan beribadah. Juga untuk mengajarkan anak-anak tersebut hidup seperti anak-anak normal, contohnya seperti mandi.
Dari cerita ini kita mendapat pelajaran bahwa ketimpangan sosial masih banyak terjadi di sekitar kita dan masih ada orang-orang yang peduli dengan mereka,meskipun dengan cara yang saya anggap tidak benar. Yaitu dengan memakai uang haram hasil mencopet.

M E N U L I S ?

Hari itu Jumat, 21 Oktober 2011. Kami disuruh oleh Pak Sholiq untuk mengikuti sebuah kuliah tamu mata kuliah keterampilan interpersonale. Pembicaranya adalah seorang dosen STIKOM bernama Rudi Santoso. TC 103-104 menjadi tempat pertemuan tersebut, dihadiri oleh Mahasiswa Sistem Informasi 2011.
Pak Rudi Santoso disini memberikan materi tentang bagaimana kita menulis dan cara bagaimana tulisan kita itu menarik. Pak Rudi Santoso juga menerangkan bagaimana trik-trik dalam menulis agar tulisan kita tidak datar.
Menulis sebaiknya menggunakan paragraf sederhana dengan 15 kata per kalimatnya. Tulisannya berbobot dan padat.  Isi dari sebuah tulisan selain berbobot dan padat, sebuah tulisan harus menarik perhatian pembaca. Sehingga pembaca tertarik untuk membaca tulisan anda.
Sebagai penulis yang baik, kita janganlah ‘menyiksa’ pembaca karena itu bisa membuat pembaca kita kecewa atau tidak tertarik lagi dengan tulisan kita. Maksutnya menyiksa disini adalah dengan menjadikan tulisan ‘njelimet’ atau bermuluk-muluk. Tulisan kita harus universal, yaitu bisa dibaca oleh semua kalangan, karena kita tidak tahu siapa orang yang membaca tulisan kita. Hindari istilah asing saat kita menulis, gunakanlah tulisan yang populer agar para pembaca bisa menyerap tulisan kita secara utuh. Karena itu juga akan menyiksa pembaca
Penulis harus memiliki idealisme(corak). Maksutnya adalah sebagai penulis kita harus memiliki sebuah identitas agar berbeda dengan penulis yang lain. Idealisme ini bisa membuat para pembaca kita terus mengikuti dan menunggu tulisan kita, karena pembaca kita tahu bagaimana kita menulis dan bagaimana kita melihat suatu masalah.