Monday, 14 January 2013

Software Crisis

Software saat ini bisa kita dapatkan dari memesan  dari situs penyedia, mendapatkan DVD dari majalah yang terdistribusi atau membeli dari pasar spesifik seperti iTunes sampai mengunduh secara legal ataupun illegal. Sekarang kita berada di era yang memiliki sisi kompleksitas kebutuhan dan ketersediaan yang berlebih (information over flood). Inilah yang menggerakkan penelitian yang terkait software crisis pada era internet.
Pada jaman sebelum ada internet. Pembengan software masih dimiliki oleh kampus dengan kartu plong atau computer 486 yang dipasangkan turbo pascal. Pada saat itu, itulah software crisis yang dikarenakan pengetahuan, aliran informasi yang terbatas, dan mahalnya harga software. Era ini mulai bergeser saat diperkenalkannya system operasi yang dikenal ddengan Windows dan Linux yang bisa terhubung ke software yang dinamakan browser Internet Explorer, Yang menjanjikan teknologi pengembangan perangkat lunak menjadi lebih maju dan effisien.
Software pada masa kini bukanlah suatu komoditas yang berada di laboratorium komputasi atau berada di perkantoran canggih semata. Software kini sudah menyentuh berbagai lini kehidupan dan menyentuh pasar baik yang bersifat vertical (perusahaan) dan horizontal (pengguna langsung)
Rekayasa perangkat lunak adalah suatu tahapan demi tahapan yang dibahas satu demi setu dan memiliki hasil dari setiap tahapannya. Mulai dari pengambilan kebutuhan, analisis, desain, pembuatan kode dan diakhiri dengan pendistribusian aplikasi. Software Development Life Cycle adalah penggambaran secara abstrak langkah apa saja yang dikerjakan untuk membuat software yang lenih terprediksi dari segi hasil dan kualitas. Kita membutuhkan SDLC saat (1) proyek dengan kerangka kerja lebih dari 1 bulan atau bahkan multiyear project (2) klien membutuhkan suatu laporan administrative selain source codes dan software (3) komposisi tim lebih dari 3 orang dan tiap orang memiliki role spesifik untuk bekerja fulltime. Kita tidak membutuhkan SDLC saat (1) mengembangkan software sederhana dengan jangka waktu kurang dari 1minggu (2) memiliki pengalaman mengembangkan software yang identic / mirip (3) mampu dan paham saat menceritakan secara sederhana mengenai proses bisnis aplikasi yang dikembangkan.
Masalah dalam pengembangan perangkat lunak mencakup masalah teknis dan non teknis. Masalah non teknis seperti (1) aspek komunikasi yang kurang baik, (2) pengelolaan sumber daya tidak mencukupi (waktu, dana, dan manusia), (3) manajemen risiko yang tidak terkendali hingga aspek kenyamanan bekerja adalah faktor-faktor kegagalan sebagian besar pengembangan perangkat lunak.
Masalah teknis seperti (1) Sisem kompleks makin banyak diusulkan dank lien makin membutuhkannya untuk kebutuhan bisnisnya, (2) Terlalu banyak teknologi yang bisa dipilih, sebenarnya itu memudahkan tetapi terkadang membuat bingung dalam memilihnya (3) Semakin banyak system yang terdistribusi dan terintegrasi (machine to machine), (4) Inisialiasi kebuuthan yang kurang baik dari klien, (5) Pengujian yang tidak mencukupi atau kurang detail.
Dalam lapisan software engineering ada tools, method, process, dan quality focus. Tools adalah perangkat bantu yang membantu pengembangan software sehingga menjadi lebih mudah dan produktif. Metode adalah sekumpulan langkah teknis yang dilakukan untuk mengembangkah perangkat lunak. Proses adalah berbagai hal yang dapat dilakukan oleh tim untuk mewujudkan suatu perangkat lunak berkualitas. Quality focus adalah keberfokusan pada kualitas bukan hanya dengan rendahnya kesalahan tetapi juga seberapa besar klien bersedia menerima software yang telah dikembangkan dengan kelebihan dan kekurangannya.

0 comment to “Software Crisis”

Post a Comment

tinggalkan pesan anda