Tuesday, 18 October 2011

APA PERLU GANYANG MALAYSIA ?

Beberapa hari ini di berbagai media massa dan elektronik sedang panas - panasnya berita yang membakar hati seluruh warga Indonesia yaitu tentang kembali terjadinya pencaplokan wilayah oleh negara tetangga, Malaysia. Yaitu wilayah Tanjung Datu dan Camar Bulan. Pemerintah kembali terasa begitu lembek dalam menyelesaikan masalah ini. Seperti yang dikutip dari yahoo news, wilayah yang  hilang adalah seluas 1.495 hektare tanah dan 80 ribu wilayah laut.
 Ini bukan pertama kalinya Malaysia berlaku salah kepada Indonesia. Tercatat seni Reog Ponorogo yang di website “Visit to Malaysia” diklaim berasal dari Tanah Johor.  Sebetulnya, semua pihak sudah tahu kesenian Reog Ponorogo itu budaya asli milik Indonesia. Kekecewaan ini bermula saat di www.visittomalaysia.com mereka memuat video tari Barongan yang sangat persis dengan tari Reog Ponorogo dan sejarahnya juga telah dirubah oleh pihak Malaysia.  Kejadian ini sungguh membuat semua yang menyaksikannya dibuat geleng – geleng kepala. Terutama Ketua Paguyuban Reog se-Indonesia, dia menuntut agar Malaysia meminta maaf atas perbuatannya tersebut dan mengakui Reog budaya asli Indonesia. Memang dubes Malaysia melakukan tindakan itu tapi kata terakhirnya itu yang membuat kita bosan dan malah membuat kita mengira itu hanya omong kosong. “Kita bangsa serumpun,” ujar Datuk Zainal Abidin M Z, selalu saja kata itu yang terucap dari mulut mereka mulai dari jaman orde lama sampai jaman demokrasi. Di situs tersebut masih ada lagi kebudayaan kita yang mereka pakai yaitu, lagu Rasa Sayange dari Ambon. Yang dijadikan theme song “Visit to Malaysia” dan telah dirubah lirik - liriknya. Sungguh ironis dan kurang ajarnya Malaysia ini mereka seakan tak punya malu, tak punya harga diri, dan tak memiliki kreativitas.
Yang tidak kalah ironis yaitu Pulau Sipadan dan Ligitan yang diklaim pihak Malaysia padahal itu adalah penyumbang APBD terbesar kedua setelah pengolahan minyak bumi di daerah Kabupaten Kepulauan Tarakan. Juga permasalahan patok perbatasan di Pulau Kalimantan yang dilaporkan pindah 10 - 15km per tahun.
Juga masih ada masalah tentang pemukulan wasit karate asal Indonesia oleh polisi Malaysia, dan penangkapan istri Dubes Indonesia di Malays. Ada juga kasus yang menggelikan di pertandingan sepak bola Artist Asian Cup yang diadakan di Malaysia. Mereka malah membawa seluruh pemain timnas nasionalnya yang seharusnya membawa artis – artis dari negara yang berpartisipasi.
Perlu diketahui, bahwa tangga lagu di Malaysia 90% dikuasai lagu – lagu dari Indonesia. Banyak juga band asal Indonesia yang mendapat penghargaan platinum di Malaysia contohnya saja Dewa, Nidji, Peter Pan, Radja, Ungu, dan masih ada beberapa band lain yang bukan hanya sukses di Indonesia tapi juga di Malaysia. Ini telah membuktikan bahwa kreatifitas warga Malaysia tak sekreatif orang Indonesia. Dan juga masih ada kain batik dan angklung yang di klaim oleh pihak Malaysia.
Tidak jarang pula warga Indonesia menjadi Polis Diraja Malaysia atau Tentara Diraja Malaysia. Meski begitu, mereka tidak pindah kewarganegaraan dan akhirnya bebas keluar masuk Indonesia-Malaysia. Menurut Hakim Konstitusi, Akil Mochtar yang dikutip dari yahoo newsIni bukan hal baru bagi warga perbatasan. Semuanya tahu soal ini. Karena nasionalisme tanpa pembangunan, itu omong kosong." Ini terjadi karena Malaysia lebih memperhatikan warga di sekitar perbatasan daripada pemerintah kita.
Sungguh ironis. Sepertinya hanya satu jalan keluar untuk menyelesaikan masalah ini yaitu dengan memutaskan hubungan bilateral dengan Malaysia meskipun banyak sekali resiko yang harus kita tanggung seperti pelajar kita harus kembali yang berada di sana, TKI, sang pahlawan devisa juga harus pulang, dan masih banyak lagi atau dengan cara yang paling kasar yaitu dengan berperang dengan Malaysia yang pernah membara saat jaman orde lama dibawah kekuasaan Presiden Soekarno yang lalu. Coba bayangkan bagaimana kalau figur seorang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempunyai wibawa seperti Soekarno dan memiliki rencana yang matang seperti Soeharto. Betapa bahagia dan bangganya kita memiliki figur seorang presiden seperti itu. Namun, mungkin itu hanya mimpi – mimpi yang entah kapan dapat terealisasikan karena figur seorang SBY sangatlah jauh dari itu karena beliau sangatlah tidak tegas apalagi ke negara yang memiliki kultur kuat dengan kita seperti Malaysia. Entah kapan masalah kita dengan Malaysia dapat terselesaikan. Jadi sekali lagi cobalah bertanya pada hati nurani kita sendiri, perlukah kita mengganyang Malingsia ?
          Untuk masalah ini, seharusnya pemerintah kita harus ikut pro aktif dengan memberikan perlindungan dan jaminan terhadap budaya bangsa Indonesia lalu mematenkannya ke pihak UNESCO agar tak diklaim pihak negara lain. Jangan menunggu sampai diklaim oleh negara lain atau menjadi berita dimana – mana baru protes dan marah - marah.
          Jadi kesimpulannya, kesalahan itu bukan murni dari pihak asing tapi pemerintah juga salah karena tidak mempunyai tindakan antisipasi atas seluruh budaya – budaya yang berada di Indonesia. Dan beranikah mereka (pemerintah) memutuskan hubungan bilateral dengan Malaysia ?

0 comment to “APA PERLU GANYANG MALAYSIA ?”

Post a Comment

tinggalkan pesan anda