Friday, 25 November 2011

Diriku Dalam Cerita

Sudah belasan tahun saya menjalani hidup ini. Saya menganalogikan hidup saya seperti seorang aktor yang sedang memainkan sebuah mahakarya film dan saya adalah seorang pemeran utama dalam film tersebut, bukan sekedar peran pembantu apalagi seorang figuran. Setiap apapun yang kita lakukan, apakah itu sesuatu yang baik dan buruk. Semua telah terekam dengan baik, karena sejak nafas pertama kita berhembus kamera telah berputar tuk mengambil gambar. Kehidupan kedepan benar-benar adalah sebuah misteri yang sangat membuat penasaran. Jadi apa di masa depan, hidup dimana, dengan siapa, dan masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Planet ini adalah sebuah panggung terbesar, termegah, dan terindah yang pernah diciptakan. Diciptakan oleh Allah SWT sebagai sarana kita umat manusia untuk menjadi aktor terbaik, jadi tunjukkanlah pertunjukan yang terbaik. Allah SWT sebagai sutradaranya telah memberikan kita arahan yang baik dan benar dengan memberikan Al-Quran sebagai pedoman. Didalam situ sudah tercatat apa yang harus dan tidak boleh kita lakukan selama berada di panggung ini. Bahagia, luka, tangis, tertawa, berlari, berjalan, terjatuh dan lain sebagainya adalah sebuah bagian warna-warni dari film yang kita buat. Semua kenangan itu telah mendapat jatah tersendiri di dalam pita film kehidupan. Sandiwara ini nyata, sandiwara ini ada, sandiwara ini terus berputar, adegan demi adegan yang telah dijalani. Setiap detiknya telah terekam dengan baik dan tidak dapat diulangi kembali. Jadikanlah kejadian yang lalu sebagai pelajaran kehidupan untuk melangkah kedepan. Jangan sampai kejadian hidup kita yang lalu menjadi sebuah ganjalan. Seharusnya itu menjadi sebuah akselerasi untuk menjadikan film kita menjadi film terbaik. Sebagai seorang pemeran utama yang mutlak hadir di setiap adegan, jadikan kesempatan itu untuk membuat film kita menjadi film terbaik, bahkan juga bisa membuat kita sebagai pemeran utama untuk mendapatkan gelar aktor terbaik, minimal menurut diri kita sendiri. Disini kita bisa berimprovisasi seluas-luasnya untuk menorehkan scene-scene yang indah dan bermakna. Scene-scene yang jelek dan tidak bermakna hanya akan membuat film kita tidak enak dilihat dan penyesalan akan datang, saat kita melihat di kemudian hari dihadapan sang sutradara. Bahkan saya juga bisa muncul sebagai peran pembantu atau peran figuran di film orang lain. Di film orang tua saya, film saudara-saudara saya, film pacar saya, film teman saya, atau bahkan di film seorang tukang becak sekalipun saya bisa saja muncul. Sudah sekian lama saya hidup, entah sudah berapa banyak film yang saya hiasi dan saya mainkan. Seperti apa saya menghiasi film mereka, dengan sebuah adegan pahit atau adegan manis, tetapi saya berharap bisa membuat adegan manis yang bisa mereka kenang dan mendapat kredit indah dihadapan sang sutradara. Mungkin sudah ratusan atau ribuan film, namun hanya satu film saja dimana saya sebagai peran utamanya, yaitu film saya sendiri. Dimana saya mendapatkan sebuah kehormatan untuk menunjukkan sebuah persembahan. Berbahagialah kita semua punya peran utama. Seberapa puaskah kita sebagai pemeran utama dengan menilai sejauh ini bagaimana kualitas film yang kita buat. Bila menganggap film yang kita mainkan kurang menarik atau jelek maka intropeksi adalah jalannya agar kelanjutan film kehidupan kita menjadi lebih baik dan lebih bermakna. Semua memiliki kans atau peluang untuk menjadi film yang terbaik, hidup hanya sekali jadi jangan sia-siakan sisa pita film kehidupanmu dengan adegan-adegan yang tidak bermakna atau bahkan buruk. Apalagi kita sekarang sebagai seorang mahasiswa yang sudah memiliki sebuah kewajiban yang tidak bisa diremehkan dan diabaikan. Inilah awal kita mendapatkan scene-scene di film kita yang berisi tentang kehidupan saat menjadi seorang mahasiswa. Bagaimana kita bisa menghiasinya dengan scene-scene yang bermanfaat bagi masyarakat, yang berarti kita juga muncul di film orang lain. Maka dari itu torehkan sebuah memori manis agar kita terkenang oleh mereka menjadi seorang mahasiswa sesungguhnya. Mahasiswa yang memiliki jiwa kesatria. Sebagai mahasiswa jangan berleha-leha, karena waktu kita untuk mulai menorehkan scene-scene yang menunjukkan kita adalah mahasiswa sejati tidaklah lama. Sebelum semuanya terlambat dan penyesalan datang. Ingatlah kata-kata seorang scientist terkenal Charles Darwin, dia berkata “A man who dares to waste one hour of time has not discovered the value of life.” Berarti kita tidak boleh menyia-nyiakan hidup kita sama sekali meskipun itu hanya satu jam saja, karena apapun yang kita lakukan telah terekam dengan baik dan pitanya juga terus berputar. Jadi bila filmmu berkualitas jelek, menyesallah sekarang dan segera perbaiki daripada menyesal kemudian tidak akan ada gunanya lagi. Saat itu tidak ada lagi kesempatan memperbaiki lagi, semuanya telah terlambat karena pita kehidupan telah habis. Berapa lama film ini akan berakhir, bisa besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, 10 tahun lagi, 30 tahun lagi atau 60 tahun lagi, tidak ada dari kita yang tahu sampai kapan ini akan berakhir. Film ini berakhir hingga suatu saat setiap diantara kita akan dipanggil oleh Allah SWT dan kita akan mengetahui hasil film kita. Sebuah hasil dari jerih payah kita selama ini, mulai dari nafas pertama kita hingga nafas terakhir kita. Entah bagaimana ending dari film yang saya buat. Happy ending atau sad ending??? Disaat itu saya berharap semuanya akan berakhir bahagia dan mendapat rating yang baik dari Allah SWT.

0 comment to “Diriku Dalam Cerita”

Post a Comment

tinggalkan pesan anda