Emansipasi wanita di dunia dewasa ini tidak bisa lepas dari Isadora Duncan, lahir tahun 1878 di Los Angeles, Amerika Serikat. Isadora adalah pelopor emansipasi wanita yang menginginkan wanita memperoleh hak dalam masyarakat, seperti hak memilih, hak bekerja. Akibat trauma masa kanak-kanaknya, dia tidak mempercayai ikatan perkawinan, maka kendati perasaannya halus, berpacaran dengan lelaki yang dicintai, dan bahkan melahirkan anak, tapi dia tidak mau menikah. Di Indonesia juga ada tokoh pergerakan wanita Raden Adjeng Ayu Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun). Kartini menggugat khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan pada saat itu. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar, bukan hanya masak-manak-macak. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Kartini juga menyampaikan kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Dewasa ini perlindungan wanita khususnya di Indonesia sudah lebih baik dan terus membaik karena kesetaraan hak dijamin oleh negara. Seperti ditulis dalam SKB 3 Menteri, nomor 17/Men.PP/Dep.II/VII/2005 tentang Percepatan Pemberantasan Buta Aksara Perempuan dan juga UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Contoh-contoh real tentang persamaan gender di Indonesia adalah terpilihnya Megawati Soekarnoputri menjadi presiden wanita pertama Indonesia, juga Ibu Risma terpilih menjadi Walikota Surabaya saat ini. Di pemerintahan pusat, wanita juga memegang beberapa pos penting seperti Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana. Tidak ketinggalan, Dr. Sri Mulyani Indrawati, mantan Menteri Keuangan pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid I dan sekarang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat.
Dewasa ini perlindungan wanita khususnya di Indonesia sudah lebih baik dan terus membaik karena kesetaraan hak dijamin oleh negara. Seperti ditulis dalam SKB 3 Menteri, nomor 17/Men.PP/Dep.II/VII/2005 tentang Percepatan Pemberantasan Buta Aksara Perempuan dan juga UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Contoh-contoh real tentang persamaan gender di Indonesia adalah terpilihnya Megawati Soekarnoputri menjadi presiden wanita pertama Indonesia, juga Ibu Risma terpilih menjadi Walikota Surabaya saat ini. Di pemerintahan pusat, wanita juga memegang beberapa pos penting seperti Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana. Tidak ketinggalan, Dr. Sri Mulyani Indrawati, mantan Menteri Keuangan pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid I dan sekarang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat.